Senin, 22 Desember 2008

I love You Mama


kubuka album biru, penuh debu dan kusam, kupandangi semua gambar diri
kecil bersih belum ternoda. Pikirkupun melayang, dahulu penuh kasih, teringat semua cerita orang, tentang riwayatku
kata mereka diriku selalu dimanja, kata mereka diriku selalu ditimang , nada nada yang indah, selalu terurai dariku , tangis anak dari bibirku, takkan jadi deritamu, tangan halus dan suci, telah menangkap tubuh ini, jiwa raga dan seluruh hidup,rela diberikan. Oh bunda ada dan tiada dirimu, kan selalu ada didalam hatiku


Syair lagu gubahan Melly Goeslaw itu mengingatkan aku pada sosok wanita yang dengan kerelaan hati, pikir dan fisiknya untuk bersimpuh peluh, menantang matahari, berselimut pagi, memecah malam, demi seorang aku. Wanita yang rela tidur paling akhir setelah semuanya terlelap, bangun paling awal saat semuanya masih mendengkur, semuanya demi aku, demi perkembangan aku dan tentunya demi cita-cita aku.

Dia bukanlah sosok manusia biasa, dia benar-benar karya surga di mata seorang hawa, ada damai di hati bila ku di di dekapnya. Oh bunda, aku rindu dengan belaimu, doa-doamu, gendongmu waktu aku kecil, cerita-ceritamu untuk mengantarkanmu aku tidur. Dari nafasmu bunda aku berani bercita-cita. Selamat hari ibu Mama… semoga setiap titik nafas dan gerakmu selalu diridhoi Allah. I love U Mama.

Kangen


Saat kebekuan menyelemutiku, Mungkin rinai ini hujan bisa memecahkannya, Di tiap rintiknya hanya rindu yang membuai , Begitu banyak rintiknya, Hingga aku tidak menemukan celah kosong untuk berpaling selain memandang hujan itu.

Hujan ini memang indah sayang, dibalik rinainya kutemukan telaga yang teduh, seperti matamu, benarkah dimatamu ada telaga, yang selalu menarikku untuk selalu larut didalamnya.

Setiap titik hujan itu seakan memperhatinkanku, Dan membuat aku manja Karena dalam detikku hanya kangen yang terasa, Di dalam rintik-rintik hujan itu, Ku temukan semua yang ada pada dirimu.

Senyum rekahmu, manjamu, rengekmu, pintamu, tangismu,, Godamu, halus tuturmu, anggun gerakmu, halus belaimu, Rona pipimu, rekah bibirmu, lesung pipimu, hitam rambutmu, Tipis alismu,…..ah begitu sempurna hujan ini sayang…, Sesempurna kamu. Ah sejujurnya aku kangen kamu nok.

Rabu, 17 Desember 2008

Hujan Senja


Hujan senja ini memang indah sayang, rinai yang menatap dibalik-balik kaca saakan mempiaskan debur nafasmu, gemercik, yah.. ..sat-saat seperti ini tidak ada yang bisa ku lakukan selain mengangenimu, karena dalam titik derai hujan itu selalu jatuh dengan menyebut namamu.

Ah. Rasanya aku ingin membelaimu saja, tapi itu hanya fatamorgana, ragamu jauh di sana. Hujan ini membuat aku sepi, sunyi, hening, hanya suara tik..tik..tik.. hujan menderai, sembari berdzikir menyebut namamu, sehingga memekakkan telingaku, dadaku berdegub, nafasku terengah-engah. Ya. Kangen memang dahsyat sayang, kangen muncul ketika kita merasa sepi seperti saat ini. Sejujurnya aku mulai kangen kamu nok.

Senin, 15 Desember 2008

Embun Pagi


Embun pagi, Engkau adalah embun pagi, Yang selelu menyambut cahaya
Dikala fajar menyingsing.

Embun pagi, Engkau selalu membawa kedamaian, Beningmu menggambarkan ketulusan
Untuk selalu hadir dan mengada tiap pagi.

Embun selalu datang di setiap pagi membawa kedamaian
Bersamamu kedamaian ada dalam tiap detiknya.

Indah dalam sunyi


Keindahan itu sebenarnya ada dalam ruang-ruang tersembunyi.
Keindahan bukan tidak tampak, tetapi hanya bersetia pada keheningan.
[ B. Josie susilo H]

Bilah rusukku dan ibu dari anak-akakku,
Mungkin ada perasaan berbeda kala ku duduk bersamamu, hanya berdua tidak ada satupun manusia diantara kita. Saat ku duduk sambil memeluk kedua kakiku sembari manatap dekat bersih parasmu dari samping. Dan seperti biasanya ku hanya tertegun tanpa kata mengagumi semua lekuk-lekuk wajahmu. Di saat seperti itu kamu hanya tersipu malu dan salah tingkah, guyah antara berpijak dan tidak. Di titik itu ada perasaan aneh dan ini langka.
Dulu aku merasa malu dan sering kali kalah kala bertukar tatap, karena ku sadar bahwa tatapanmu lebih tajam dan meghanyutkan, bila kita tak sengaja bertukar tatap, aku pasti yang lebih dulu berpaling. Tapi begitu kamu melepaskan tatapanmu ke arahku, gantian aku yang menikmati telaga matamu, sungguh luar biasa indahnya. Matamu berhasil memeluk erat hatiku. Jujur, bersamamu kedamaian ada dalam tiap detiknya.
Aku kangen saat-saat seperti ini nok, kangen semua keindahanmu, membelaimu, tutur yang saling tali memintali, lembut tuturmu, hangat kasihmu, rengek manjamu, lesung pipitmu, erat pelukmu, semuanya, ku kangen semuanya dari kamu.
Ah. Cinta memang terkadang membuat kita jadi kekanak-kanakan, meskipun ada yang bilang kalau laki-laki itu lebih tegar dalam menghadapi banyak hal dan lebih rasional, tapi bersamamu anggapan itu tidak ada artinya, bangunan rasionalitas yang selama ini dibangun tiba-tiba luluh lantak, disadari atau tidak perasaan tetap lebih mendominasi, jika tidak kau sentuh aku walupun sehari, maka akan rapuh. Absolutely, aku ingin berdiri tegak bersamamu nok.
Saat kesunyian berbalut keindahan, mungkin itulah yang disebut dengan kedamaian. "aku ingin selalu bersama kamu mas, yang jelas saat ini aku damai bersamamu," bisikmu kala sehabis aku membelaimu.
Kalimat-kalimat itulah yang terkadang membaut hatiku bergetar, bulu kudukku merinding dan ogah-ogahan jauh darimu walaupun selintas kerdipan mata. Aku bener-bener butuh kamu nok.
Bilah rusukku,
Sering aku menghabiskan waktu malamku sendirian, di alam terbuka sembari menikmati desir angin dan gemerlap bintang di atas jauh disana, di keheningan malam itu, rasanya indah sekali, beribu sudut titik kedamaian serasa terpenuhi keculai satu, yaitu kamu nok, alangkah lengkapnya jika satu titik damai itu kamu isi sekalian.
"Kapan ya mas kita ketemu?," pertanyaanmu itu selalu terngiang kala aku hening, dan saat seperti itulah aku mulai kangen, kangen hadir dan mengadamu di setiap sisi hati dan fisikku.